Share this info

Pendahuluan

Beberapa pemikiran dan gagasan terpantik saat kajian demi kajian yang disampaikan para penyaji multidisiplin tertayang di momen Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi BPPT.

Peta jalan dan rancangan yang sudah semakin realistis terkait SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) sebagaimana telah dicanangkan melalui Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dan penjabaran visi serta misi yang maujud dalam tujuan penerapan SPBE, khususna tujuan no 3: mewujudkan sistem pemerintahan berbasis elektronik terpadu, maka sektor kesehatan yang kompleks haruslah menjadi salah satu faktor pengungkitnya (enabler factor).

Keberadaan program-program eksisting seperti SIZE (Sistem Informasi Zoonosis dan Emerging Infectious Disease) yang dikembangkan secara multi pihak: BPPT, Kemenko PMK, Kemenkes, dan Kementan, juga Aplikasi Keluarga Sehat dan RS Online di Kemenkes, serta aplikasi JKN di BPJS Kesehatan, sesungguhnya merupakan modal penting untuk mengkanalisasi program kolaboratif dalam suatu ekosistem inovasi terintegrasi.

Penerapan TIK di Sektor Kesehatan

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang begitu cepat telah melahirkan konektivitas yang pada gilirannya juga telah melahirkan pola-pola baru dalam proses interaksi fungsional. Efektivitas dan peningkatan efisiensi dalam mendistribusikan fungsi amat terbantu dengan terbangunnya sistem informasi digital yang mampu mereduksi kendala jarak dan silo antara pemangku kepentingan dan kebijakan serta unit pelaksana fungsional.

Penerapan TIK di sektor kesehatan kini sekurangnya terdapat di 3 sektor:

  1. Pelayanan Kesehatan (termasuk sistem informasi faskes dan telemedisin)
  2. Epidemiologi dan Pemetaan Kerawanan serta jaminan kesehatan.
  3. Edukasi dan aplikasi teknologi pada praktek kedokteran dan riset biomedika, termasuk penerapan bioinformatika dalam pengembangan obat-obatan.

Di sisi lain, perkembangan pemanfaatan TIK tidak hanya terjadi di sektor kesehatan, melainkan juga di semua sektor terkait pelayanan publik. Data-data yang teramat berharga bisa didapatkan dari Biro Pusat Statistik, BNPB, BMKG, sampai Kementerian dan LPNK terkait.

Salah satu pekerjaan rumah terbesar dalam penerapan SPBE dan Satu Data Indonesia adalah membangun konstruksi pengetahuan berbasis metoda penyimpanan, pengolahan, dan akses data yang saat ini masih tersebar sesuai dengan genrenya masing-masing dan masih adanya sifat egosektoral. Untuk itu diperlukan sebuah sistem integrator dan agregator yang dapat menjadi model nasional.

Integrasi Data Kesehatan Strategis Untuk Pengembangan

Sistem Prakira Kesehatan Nasional

SIZE versi 1.0 sampai 3.0 dapat menjadi suatu pintu masuk untuk dikembangkan tidak hanya sebagai platform INA-PEWS (Indonesia Pandemic Early Warning System’), tetapi juga dapat menjadi embrio dari INA PMK (Prakira Masalah Kesehatan) yang dapat menjadi bagian dari sistem DSS (Decision Support System) dan perancangan program berbasis guided forecasting (sistem prakira terpandu) yang dilengkapi dengan Kecerdasan Artifisial.

SIZE yang telah berhasil mengintegrasikan data terkait Zoonosis dan Penyakit Infeksi Emerjing dari berbagai institusi terkait; Kemenkes, Kemen LH serta Kehutanan, dan Kementan dapat menjadi landing platform bagi sistem INA PMK. Pengayaan data dengan mengacu kepada segitiga epidemiologi (Epidemiological Triangle) yang bisa didapat dari berbagai institusi terkait adalah salah satu upaya konstruktif untuk mengoptimasi peran data yang telah tersedia.

Menikahkan SIZE dengan KGS (Knowledge Growing System’)

dari Sub TF-3 TFRIC-19

Analisis data kerentanan dari berbagai sumber seperti data cuaca dan klimatologi (BMKG), data geologi dan rupa muka bumi (BIG dan Badan Geologi Kemen ESDM), data ekonometrika (BI dan BPS), data pola konsumsi layanan kesehatan berdasar INA-CBG/case based group (BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan), data sebaran vektor (Kementan dan Kemen LH dan Kehutanan), serta data daya dukung lingkungan serta potensi kebencanaan (Kemenhut LH, data pergerakan manusia antarbwilayah dan lintas batas wilayah (Kemenhub, Kemenlu, dan Ditjen Imigrasi), serta tentu saja data yang bersumber dari Kemenkes seperti data dari Aplikasi Keluarga Sehat, RS Online, dan Sisrute jika dapat diintegrasikan maka akan memiliki daya prakira yang luar biasa.

Jika platform SIZE dapat diperkuat dengan sistem cerdas berbasis Kecerdasan Artifisial karya anak bangsa, Sistem Pengetahuan Bertumbuh (Knowledge Growing System’) karya Dr. Arwin Datumaya Wahyudi Sumari dan Prof  Adang Suwandi Ahmad yang juga telah dikembangkan di TFRIC-19, serta dapat melakukan proses transaksi data dengan sistem-sistem penyimpan data nasional lainnya, maka konsep INA-PMK akan dapat segera bergulir dan dimanfaatkan sebagai bagian dari program deteksi dini masalah kesehatan Indonesia.

Masalah kesehatan yang dapat diprediksi dan diantisipasi bukan hanya pandemi saja, melainkan juga dapat meliputi persoalan gizi seperti kasus stunting, penyakit degeneratif metabolik, juga kesehatan kerja dan keselamatan transportasi misalnya. Sistem INA-PMK dapat menjadi model generik yang dapat direplikasi untuk membangun aplikasi sejenis yang dapat diperuntukkan sesuai utilitas fungsional yang diharapkan, misal: analisis kerentanan ekonomi, daya dukung lingkungan, dan berbagai isu strategis lainnya.

Simpulan

INA-PMK dengan pendekatan SPB/KGS dapat menjadi model ideal dalam penerapan Kecerdasan Artifisial di sektor kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang dapat mempertajam perumusan masalah dan perencanaan program strategis di bidang kesehatan.

Akurasi berdasar objektivitas data dan kesahihan metodologi yang difasilitasi teknologi informasi dapat memberi garansi terkait kebijakan yang presisi. Untuk itu diperlukan sinergisasi antar institusi dan platform kolaborasi yang sekaligus dapat menjadi ekosistem inovasi dengan semangat partisipati konstruktif yang dapat mengelaborasi segenap potensi menjadi kompetensi berorientasi solusi.

Konsep satu data dan mekanisme seperti Open API adalah keniscayaan yang bisa diimplementasikan jika Peraturan Presiden No 95 Tahun 2018 tentang SPBE dapat diterapkan secara konsisten. Sedangkan di sektor kesehatan dan kaitannya dengan pencegahan penyakit dan masalah kesehatan, regulasi yang dapat dan wajib menjadi acuan adalah Perpres No 18 Tahun 2020 (RPJMN IV 2020-2024) dan Inpres No 4 Tahun 2019 tentang pengendalian penyakit dan faktor-faktor resiko terjadinya penyakit, termasuk kegawatdaruratan di bidang Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia). (Tauhid Nur Azhar & Hammam Riza) 

Daftar Pustaka

  1. Birowo CT. Presentasi SPBE. Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi BPPT RI. Jakarta, 2021
  1. Anggraeni ND. Presentasi SIZE. Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi BPPT RI. Jakarta, 2021
  1. Sumari ADW, Ahmad AS. Sistem Berpengetahuan Tumbuh Terinspirasi Otak Manusia, Teori dan Aplikasi. Dalam Gence, Membedah Anatomi Peradaban Digital. Tasdiqiya Publisher. Bandung, 2017
  1. Riza H. Materi Pidato Pembuka Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi BPPT. Jakarta, 2021
×

Hello

ada yang bisa kita bantu ? :)

× Perlu Bantuan?