Share this info

Abad millenium merupakan abad yang di gadang-gadang sebagai abad modern. Negara negara di dunia berlomba lomba untuk aktif dalam pembangunan. Indonesia pun tak mau kalah turut serta dalam misi ini. Sebagai buktinya, Indonesia ikut dalam berbagai forum Internasional yang membahas mengenai isu pembangunan global. Pada September 2000, Indonesia ikut dalam pendeklarasian Millenium Development Goals (MDGs) oleh Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bansa-Bangsa (PBB) sebanyak 189 negara anggota PBB di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat.1

MDGs jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah Tujuan Pembangunan Millenium. Program ini diluncurkan para pemimpin dunia dengan tekad untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan dan pengentasan masalah umum yang terjadi di masyarakat. MDGs yang menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus, memiliki tenggat waktu (tahun 2015) dan indikator kemajuan yang terukur.

Delapan tujuan umum mencakup kemiskinan, pendidikan, kesetaraan gender, penurunan angka kematian bayi, peningkatan kesehatan ibu, pemberantasan HIV dan beberapa penyakit menular, lingkungan serta kerjasama global. Setiap tujuan menetapkan target target yang akan diukur tingkat keberhasilannya dengan indikator indikator masing masing tujuan. Secara umum ditetapkan 18 target dan 48 indikator namun masing masing negara boleh menetapkan target dan indikator masing masing sesuai dengan kemampuannya

Sebagai peserta forum tak lantas membuat Indonesia acuh terhadap target-target yang telah dicanangkan. Akan tetapi, Indonesia turut  aktif mencapai target-target tersebut melalui Peta Jalan Pencapaian Percepatan Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia  yang dibuat pem erintah agar target-target tersebut dapat tepat sasaran dan bisa membuat kehidupan rakyat lebih baik lagi.

Selama proses yang terjadi dari tahun 2000 hingga kini, di beberapa aspek Indonesia sudah hampir dapat mencapai target-target inti dari MDGs tersebut. Komitmen yang terus dipegang Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia yang diprediksikan di 2015 target MDGs yang dicanangkan dapat tercapat dari beberapa aspek. Namun ada beberapa aspek dari target MDGs yang masih butuh kerja keras untuk dapat mencapai keberhasilan di 2015.2

MDGs telah menjadi tren Global dalam pembangunan, hampir setiap negara dan setiap sektor di seluruh dunia menerapkan kebijakan ini. Namun tentu saja kebijakan ini tidak lepas dari cacat. Masih ada pihak-pihak yang kurang sepakat dengan MDGs karena beberapa faktor. Salah satunya karena poin MDGs yang dianggap kurang universal karena beberapa poin tidak tercantum di dalamnya.

Sekitar tahun 2008, masyarakat dunia mulai memikirkan bagaimana dunia setelah 2015. Mulai terpikirkan apakah dunia sudah lebih baik setelah masa-masa MDGs atau masih perlu koreksi di sana-sini. Karena sebab ini dan juga karena terjadi banyak ketidakpuasan , tercetuslah Agenda Post MDGs 2015.

Minar Pimple, Direktur Regional Asia Pasifik untuk Kampanye Millenium PBB pada tahun 2011 pernah melemparkan gagasan Agenda Post MDGs yang mempunyai 3 isu utama, yakni human rights (HAM), inequality (ketidakrataan), dan sustainability (ketahanan). Diharapkan dengan 3 isu tersebut, agenda post MDGs dapat diterima oleh seluruh negara dan seluruh sektor sehingga tercipta Kerjasama Global yang sesungguhnya.3

Agenda Post MDGs terus dikembangkan. Panel Tingkat Tinggi PBB yang diketuai Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), telah membahas mengenai rencana Agenda Pembangunan Pasca-2015 (UN High-Level Panel of Eminent Persons on the Post-2015 Development Agenda) di Markas Besar PBB di New York pada bulan Mei 2013 lalu. Tiga aspek utama dalam rencana Agenda Post MDGs adalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Secara spesifik terdapat 12 butir agenda yang dihasilkan dalam Panel tersebut. Rencana Agenda tersebut akan menjadi rujukan untuk didiskusikan antarnegara anggota PBB dalam membahas Agenda Pembangunan Pasca 2015. 4

Dalam rencana Agenda Post MDGs tersebut, poin kesehatan berada di poin ke empat yang bunyi intinya adalah “Memastikan kesehatan yang layak”. Bandingkan dengan MDGs, poin kesehatan di tuangkan dalam 3 poin, yakni poin ke 4,5, dan 6. Darisini kita dapat mencermati bahwa cakupan pencapaian Post MDGs semakin luas. Lebih luas daripada cakupan pencapaian MDGs yang hanya sekedar aspek penurunan angka kematian bayi, peningkatan kesehatan ibu, pemberantasan HIV dan beberapa penyakit menular. Merujuk pada hal ini, tentunya butuh dukungan dari semua pihak untuk mencapai target target tersebut. Mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, sampai pada masyarakatnya.

Mahasiswa Kedokteran, sebagai calon tenaga kesehatan dan sebagai intelektual muda, hendaknya ikut ambil bagian dalam hajat besar ini. Sebagai calon tenaga kesehatan, hendaknya mulai dari sekarang kita siapkan diri untuk membekali diri dengan ilmu sebanyak banyaknya (hardskill). Disamping itu, profesionalitas juga penting. Sebanyak 46% dokter di Indonesia bersalah dalam kasus disiplin kedokteran dan profesionalisme. Masalah paling banyak adalah terkait komunikasi yang tidak baik dari dokter kepada pasien. Itulah mengapa soft skill diperlukan, untuk mengasah kemampuan berkomunikasi.

Sebagai intelektual muda, kita yang menyandang predikat mahasiswa tentunya tak lepas dari dunia akademik kampus. Dalam dunia akademik kampus, dikenal Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Kita sebagai masyarakat kampus tentunya selalu berpegangan pada 3 nilai tersebut.

Nilai yang pertama adalah pendidikan. Mahasiswa menerima ilmu dari bangku kuliah sebagai bekal untuk profesinya nanti. Disamping menerima, mahasiswa tentu juga wajib mengajarkan ilmunya pada oranglain. Mahasiswa kedokteran disini mempunyai peran strategis dalam aspek promotif dalam kesehatan. Mengedukasi cara hidup sehat kepada masyarakat dapat melalui melakukan penyuluhan kepada masyarakat, mengadakan seminar untuk menyebar luaskan informasi terbaru tentang ilmu kedokteran, dan lain-lain.

Nilai yang kedua adalah penelitian. Mahasiswa sebagai insan akademis pastinya mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin tahu inilah yang mendasari kita untuk melakukan penelitian. Berbagai masalah di masyarakat biasanya mengundang rasa ingin tahu kita untuk mengetahuinya lebih lanjut. Dengan penelitian ini diharapkan kita sebagai mahasiswa kedokteran bisa mengetahui akar permasalahan dan kemudian bersama masyarakat memecahkannya. Dengan demikian mahasiswa kedokteran tidak hanya sekedar meneliti, tapi juga dapat menjadi problem solver bagi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat.

Nilai yang ketiga adalah pengabdian masyarakat. Nilai inilah yang demikian luas penasirannya. Mahasiswa yang telah menerima pendidikan dan melakukan penelitian dituntut untuk kembali ke masyarakat, menjadi solusi atas problem yang ada. Dengan bekal yang telah didapat dari bangku kuliah, mahasiswa harus mampu menerapkannya dengan terjun langsung ke masyarakat.

Selain poin-poin Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut, dalam menyongsong Agenda Post MDGs mahasiswa juga punya tugas sebagai Agent of Change, Agen Perubahan. Disini mahasiswa dituntut untuk pro aktif dalam mengawal isu yang berkembang di masyarakat. Kebijakan yang kurang baik harus kita kritisi agar menjadi koreksi bagi para pengambil kebijakan. Sebagai contoh isu post MDGs ini juga harus kita kawal agar tidak menjadi target target omong kosong belaka tapi benar benar sesuai dengan realitas yang ada. Mahasiswa kedokteran juga harus solutif dengan memberi alternatif pemecahan masalah yang ada. Dengan melakukan kajian terhadap Agenda Post MDGs, kita ikut menjadikan dunia lebih baik sesuai peran kita sebagai mahasiswa kedokteran.

Referensi :

  1. 2010. Ringkasan Peta Jalan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia (offline).(http://mdgsindonesia.org/official/index.php/bahan-bacaan-mdgs), diakses 7 September 2013.
×

Hello

ada yang bisa kita bantu ? :)

× Perlu Bantuan?